Jalaluddin Ar Rumi dilahirkan pada
30 September 1207 M. Ayahnya bernama Baha’ad Din walad, merupakan ulama yang
dikenal baik dan di hormati, pakar hukum, dan seorang sufi. Beliau memiliki
garis keturunan dengan Imam al Ghazali, seorang sufi di abad sebelumnya.
Sejak masa kecil telah memperlihatkan bakatnya sebagai orang
yang jenius, masa kecilnya di habiskan di Konya, suatu daerah di Turki.
Konya(Ikonomium kuno) disebut juga Rum, maka Jalaluddin meletakkan nama
tersebut di depan namanya. Rumi tumbuh menjadi anak jenius, bahkan pada umurnya
yang masih sangat muda Ia telah menguasai tata bahasa Arab, ilmu persajakan, Al
qur’an, ilmu hukum, Hadis, uraian tentang Al qur’an, sejarah, teologi, logika,
filsafat,logika, dan Astronomi. Ketika ayahnya meninggal, Ia baru berumur 24
tahun meneruskan posisi ayahnya sebagai guru.
Jalaluddin Ar Rumi akrab dengan
ajaran-ajaran sufisme karena bimbingan ayahnya, ketika ayahnya telah tiada Ia
belajar kepada salah seorang murid ayahnya yang terpintar, bernama Burhanuddin
Tirmidzi. Keduanya mengembara ke Aleppo dan suriah, pada saait itu Rumi
berkenalan dengan salah satu guru sufi yang berpengaruh pada saat itu yaitu
Ibnu ‘Arabi dari Andalusia(Spanyol). Rumi mempelajari ajaran sufi pada
Burhanuddin Tirmidzi hingga tahun 1240,
karena gurunya tersebut meninggal dunia.
Kemudian ia menjadi guru besar di
Universitas Konya dan menduduki jabatan tinggi disana. Ia menjalankan
aktivitas-aktifitas yang biasa dan terjebak dalam kehidupan yang tenang dan
penuh gelar. Dalam perkuliahannya terkadang Ia membahas misteri-misteri
spiritualnya, namun diluar itu Ia tidak pernah memperlihatkan keahliaannya itu.
Kehidupannya berubah tatkala Ia
bertemu dengan Syamsuddin dari Tabriz, Ia merupakan seoraang sufi pada saat
itu. Pengaruhnya sangat besar dalam diri Rumi, sehingga ada yang menyebutkannya
ikatan spiritual yang luar biasa dalam sejarah. Syamsuddin mengajarinya
bagaimana membuat syair, puisi dan lain sebagainya. Sehingga Rumi lebih dekat
dengan Syamsuddin daripada murid-muridnya di perkuliahan, namun hal tersebut
membuat iri murid-muridnya.
Setelah itu murid-muridnya yang iri
tersebut berkomplot untuk menghabisi Syams, maka setalah tinggal 16 bulan di
Konya, Syams pergi ke Damaskus. Rumi yang tidak tahan demikian mengirim anaknya
untuk mencari Syams, namun jejaknya tidak dapat di ikuti bagaikan Ia ditelan
oleh bumi sehingga anaknya kembali ke Konya dan melaporkan kepada Rumi
informasi tersebut.
Setelah menghilangnya Syams
kehidupan Rumi berubah, Ia mulai menuliskan puisi-puisi yang objeknya adalah
Syams. Sejak tahun 1247 hingga akhir hayatnya tahun 1273, Rumi menggubah
syair-syair sastra yang luar biasa banyaknya. Tanpa persiapan dan perbaikan,
puisi spontannya memanfaatkan rima dan irama sehingga menghasilkan melodi yang
mengagumkank ketika puisinya tersebut dibaca dengan keras. Pada akhirnya Ia
wafat dan dimakamkan di Konya.
Referensi
www.wikipedia.com
Referensi
www.wikipedia.com