Jalaluddin Ar Rumi

Rabu, 08 April 2015





Jalaluddin Ar Rumi dilahirkan pada 30 September 1207 M. Ayahnya bernama Baha’ad Din walad, merupakan ulama yang dikenal baik dan di hormati, pakar hukum, dan seorang sufi. Beliau memiliki garis keturunan dengan Imam al Ghazali, seorang sufi di abad sebelumnya.
Sejak masa kecil  telah memperlihatkan bakatnya sebagai orang yang jenius, masa kecilnya di habiskan di Konya, suatu daerah di Turki. Konya(Ikonomium kuno) disebut juga Rum, maka Jalaluddin meletakkan nama tersebut di depan namanya. Rumi tumbuh menjadi anak jenius, bahkan pada umurnya yang masih sangat muda Ia telah menguasai tata bahasa Arab, ilmu persajakan, Al qur’an, ilmu hukum, Hadis, uraian tentang Al qur’an, sejarah, teologi, logika, filsafat,logika, dan Astronomi. Ketika ayahnya meninggal, Ia baru berumur 24 tahun meneruskan posisi ayahnya sebagai guru.
Jalaluddin Ar Rumi akrab dengan ajaran-ajaran sufisme karena bimbingan ayahnya, ketika ayahnya telah tiada Ia belajar kepada salah seorang murid ayahnya yang terpintar, bernama Burhanuddin Tirmidzi. Keduanya mengembara ke Aleppo dan suriah, pada saait itu Rumi berkenalan dengan salah satu guru sufi yang berpengaruh pada saat itu yaitu Ibnu ‘Arabi dari Andalusia(Spanyol). Rumi mempelajari ajaran sufi pada Burhanuddin Tirmidzi hingga tahun  1240, karena gurunya tersebut meninggal dunia.




Kemudian ia menjadi guru besar di Universitas Konya dan menduduki jabatan tinggi disana. Ia menjalankan aktivitas-aktifitas yang biasa dan terjebak dalam kehidupan yang tenang dan penuh gelar. Dalam perkuliahannya terkadang Ia membahas misteri-misteri spiritualnya, namun diluar itu Ia tidak pernah memperlihatkan keahliaannya itu.
Kehidupannya berubah tatkala Ia bertemu dengan Syamsuddin dari Tabriz, Ia merupakan seoraang sufi pada saat itu. Pengaruhnya sangat besar dalam diri Rumi, sehingga ada yang menyebutkannya ikatan spiritual yang luar biasa dalam sejarah. Syamsuddin mengajarinya bagaimana membuat syair, puisi dan lain sebagainya. Sehingga Rumi lebih dekat dengan Syamsuddin daripada murid-muridnya di perkuliahan, namun hal tersebut membuat iri murid-muridnya.







Setelah itu murid-muridnya yang iri tersebut berkomplot untuk menghabisi Syams, maka setalah tinggal 16 bulan di Konya, Syams pergi ke Damaskus. Rumi yang tidak tahan demikian mengirim anaknya untuk mencari Syams, namun jejaknya tidak dapat di ikuti bagaikan Ia ditelan oleh bumi sehingga anaknya kembali ke Konya dan melaporkan kepada Rumi informasi tersebut.





Setelah menghilangnya Syams kehidupan Rumi berubah, Ia mulai menuliskan puisi-puisi yang objeknya adalah Syams. Sejak tahun 1247 hingga akhir hayatnya tahun 1273, Rumi menggubah syair-syair sastra yang luar biasa banyaknya. Tanpa persiapan dan perbaikan, puisi spontannya memanfaatkan rima dan irama sehingga menghasilkan melodi yang mengagumkank ketika puisinya tersebut dibaca dengan keras. Pada akhirnya Ia wafat dan dimakamkan di Konya.


Referensi

www.wikipedia.com