Muhammad Daud Syah merupakan Sultan Aceh terakhir atau
Sultan ke-35. Sultan Daud dinobatkan menjadi sultan di Masjid Tua Indrapuri
pada tahun 1874[1] sampai menyerah kepada Belanda pada tanggal 10 Januari 1903.Sultan
Daud merupakan cucu dari Sultan Mansur Syah, dimana sampai tahun 1884 ia
merupakan Wali dari Tuanku Hasyim, anak dari Sultan sebelumnya yang juga
merupakan pamannya yaitu Sultan Mahmud Syah. Muhammad Daud Syah dilahirkan pada
tahun 1871, dua tahun sebelum Belanda menyerang Aceh pada 26 Maret 1873
M.
Pada tanggal 26 November 1902, Teungku Putroe Gambo Gadeng
bin Tuanku Abdul Majid bersama anaknya Tuanku Raja Ibrahim yang merupakan sanak
familinya disandera oleh Belanda di
Gampong Glumpang Payong Pidie. Tujuan penyanderaan ini agar Sultan Alaidin
Muhammad Daud Syah menyerahkan diri kepada Belanda. Akhirnya setelah
bermusyawarah dengan penasihatnya, Sultan datang dan bertemu dengan Belanda di
Sigli. Pada 20 Januari 1903, Sultan Muhammad Daud Syah dibawa ke Kuta Raja
menghadap Gubernur Aceh Jenderal Van Heutz dengan harapan dia akan mengakui
kekuasaan pemerintah penjajah di Aceh. Tetapi, harapan pembesar Belanda
ini tidak menjadi kenyataan karena dia menolak menandatangani MoU damai dengan Belanda. Bahkan draf surat
damai dirobek oleh Muhammad Daud Syah di pendopo Jenderal Van Heutz (pendopo
Gubernur Aceh sekarang).
Pada 3 Februari 1903, Muhammad Daud Syah diintenir
(tahanan rumah) di kampung Kedah, Banda Aceh karena Ia tidak berkenan untuk
menyutujui kehadiran penjajah di Aceh. Dia hanya diperbolehkan bergerak bebas
di sekitar Kuta Raja. Walau Muhammad Daud Syah berada dalam tahanan rumah, Ia
masih memberi sumbangan dan dukungan kepada para pemimpin gerilyawan Aceh untuk
terus berjuang mengusir penjajah dengan cara bergerilya, hanya dengan cara-cara seperti itu Belanda dapat
dijinakkan.
Pengaruhnya yang masih sangat besar terhadap rakyat
menyebabkan Gubernur Aceh, yang pada
saat itu dijabat oleh Letnan Jenderal Van Daalen mengusulkan Sultan Muhammad
Daud Syah dibuang dari Aceh. Maka pada 24 Desember 1907, Belanda membuang
Sultan Muhammad Daud Syah, istri, dan anak-anaknya ke Batavia dan menetap
di Jatinegara.
Di Batavia, Sultan Muhammad Daud Syah terus mengadakan
hubungan luar negeri termasuk menyurati Kaisar Jepang untuk membantu Kerajaan
Aceh guna melawan Belanda. Namun surat ini bocor ke tangan Belanda, lalu sultan
beserta keluarga diasingkan ke Ambon. Pada tahun 1918, sultan dipindahkan
kembali ke Rawamangun, Jakarta, sampai beliau menghembuskan nafas
terakhir pada 6 Februari 1939.
0 komentar:
Posting Komentar